Selasa, 20 November 2012

cerpen "SIAPA LEBIH CERDIK???"



Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarokatuh” Jawaban salam itu membalas ketika aku hendak memasuki rumah
Hasan!!!kamu sudah pulang? Inikan baru pukul Sembilan gak biasanya kamu pulang secepat ini, Kamu bolos yaa…Tanya Ibu dengan nada penuh keheranan.
“Enak aja bu Hasan bolos… gini ya bu guru-guru sedang mengadakan rapat jadi semua siswa dipulangkan lebih awal.”  Terang ku pada Ibu.
            Kemudian Ibu pergi kedapur untuk meneruskan pekerjaannya,sementara aku duduk sambil bersandar dikursi ruang tengah dalam hati aku berkata ”Ibu maafkan Hasan, Hasan bohong sama Ibu sebenarnya bukan itu alasannya Hasan pulang lebih awal, bukan guru-guru sedang mengadakan rapat tapi kasus ini terlalu berat jikalau Hasan ceritakan sama Ibu, alasan sebenarnya adalah disekolah kini tengah diguyur masalah korupsi yang dilakukan oleh Pak Dodo petugas Staf Tata Usaha ia korupsi uang SPP siswa selama setengah semester.” Rasanya tak enak masalah seperti ini kuceritakan pada Ibu Hasan takut Ibu sedih kalau uang yang selama ini ibu beri untuk bayar SPP ternyata dikorupsi oleh Pak Dodo. Ia adalah guru yang terkenal menyeramkan. Kulitnya hitam, matanya blotot, perutnya buncit, botak lagi. Hampir semua siswa takut padanya tak terkecuali anak-anak kelas otomotif yang terkenal bandel-bandel dan nakal-nakal. Ah, semua begitu membosankan, lalu remot pun kuambil untuk menyalakan TV. Ini lagi TV tak kalah membosankannya, hampir semua chanelnya menayangkan tentang kasus korupsi, saya jadi bingung mau jadi apa negara ini kalau setiap perangkat pemerintahannya melakukan korupsi, kasus Century aja belum kelar ini nambah lagi kasus Anggodo Wijoyo dan sekarang muncul kasus Gayus Tambunan . Semua sangat menyakitkan hati dan memusingkan kepala, coba kalau di negara ini taat kepada syari’at Islam, pasti negara ini akan terasa aman. Gak ada tuh yang namanya korupsi. Huuuhh,,, nafas panjang itu kuambil.
            Aku gak mengerti apa sih yang membuat mereka melakukan korupsi? entah itu bujukan syetan, atau iblis atau jangan-jangan karena keserakahan nafsu mereka saja. Kalau berfikir menurut logikaku, mungkin mereka melakukan korupsi ini karena mereka menginginkan uang yang dulu mereka keluarkan untuk berkampanye dapat kembali. Lagian hukum di indonesia ini tak jauh beda layaknya barang dagangan, semua bisa dibeli dengan uang buktinya orang yang korupsi triliunan rupiah hanya beberapa tahun saja dipenjarakannya, sementara orang yang mencuri satu buah mangga saja bisa dipenjara lebih dari lima tahun. Semua karena uang. Uang di atas segala-galanya di negeri ini.
***
Tiba-tiba semua jadi berubah, aku berada ditengah ormas-ormas yang melakukan Demonstrasi di depan pintu gerbang KPK. Hari ini Gayus sedang diadili, aku harus ke depan dan meneriakan “Indonesia harus bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme,,, Setuju!!!?? Usir para koruptor dari negeri ini. Aku mendesak masuk ke celah-celah orang-orang, aku harus berada di barisan paling depan dan meneriakkan ide tadi. Tapi, apalah daya, tubuh ini tak mampu menembusnya, terlalu banyak orang-orang di depan, barisannya terlalu rapat, tak ada celah untuk memasukinya, akhirnya aku teriakkan sekencang-kencangnya dengan penuh semangat, meski tak berada di depan. Semua orang juga begitu meneriakkan ide mereka masing-masing. Saking semangatnya, hampir saja pintu gerbang KPK hendak runtuh. Namun, polisi berhasil menggagalkannya.
            Dor… Dor,, Dorr,.,. suara itu membuat suasana yang tadi bergemuruh tampak sedikit sepi. Polisi memberi aba-aba agar semuanya dapat membubarkan diri, kalau tidak polisi akan membubarkannya dengan paksaan. Yaaaahh, dengan terpaksa semua bubar tapi aku tidak,,, aku tidak takut dengan yang namanya peluru biarpun menembus dadaku aku tak peduli,,, asalkan negara ini terbebas dari yang namanya korupsi. Pikirku “kalau dengan cara berdemo saja ini tak akan menyelesaikan masalah,” malah ini akan memperpanas keadaan belum lagi terik matahari yang begitu menyengat, ini semakin memperpanas suasana.          
Aku adalah anak Indonesia yang terpelajar, aku harus memutar balikan keadaan, tak mungkin negara ini terus dilanda bencana korupsi yang meresahkan semua kalangan masyarakat. Aahaaa aku punya ide, aku harus menemui Gayus secara langsung bagaimanapun caranya. Kemudian aku mencari jalan bagaimana agar bisa menemui Gayus. Sampai ku temukan gerbang pintu belakang yang tak terjaga polisi. “Woww tinggi sekali bisa gak yah kupanjat gerbang ini.” Bismillahirahmanirrahim,,, perlahan-lahan kakiku mulai menaiki gerbang itu dengan penuh kesabaran dan kehati-hatian,,,hasilnya Alhamdulillah aku berhasil dengan selamat.
Dor…suara pistol itu hampir membuat jantungku copot ”Sedang apa disana?”
“Jangan-jangan itu polisi tamatlah riwayatku…”
“Angkat tangan dan jangan bergerak.”
“Trok….trok….trok….suara sepatu itu semakin mendekat dan saat polisi itu hendak memegangku….
Hasan bangun…bangun…hah syukurlah ibu membangunkanku ternyata itu semua hanya mimpi, hampir polisi itu menangkapku untung ada Ibu.”
“Kamu kenapa siang-siang ngigo? sana makan siang dulu” Suruh Ibu
“Engga ah Bu nasinya dibekal saja,aku ada perlu sama Ilman, nasinya dimakan aja nanti sama Ilman.” Ibu kembali lagi ke dapur untuk membawakan bekal untuku
“Terimakasih ya Bu, Assalamu’alaikum.” Sambil meninggalkan rumah.
“Wa’alaikumsalam…..hati-hati”
“Iya Bu”
***
            Sesampainya dirumah Ilman, aku melihat ia sedang duduk diteras halaman rumahnya. Ilman adalah sahabat dekatku yang nasibnya kurang baik, ia tak seperti aku bisa melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Namun disamping itu ia punya kelebihan otaknya jenius dan banyak inspirasi.
“Sedang sibuk yaaa?” Tanyaku pada Ilman
“Buah nangka,Si buah duri”
“Ada apa datang kemari???”
 Itu balasan Ilman,ya memang itu ciri khas dia sebelum komunikasi dengan dia harus berpantun dulu.
“Ah aku sedang malas balas pantunmu”
“Gak bisa begitu” Ketus Ilman
Emmm….apa ya…..ahhha,,,
“Buruk-buruk papan jati”
“Pantun buruk jangan dihina”
“Pantun macam apa itu gak menarik haahaahaa” Dengan nada mengejek
“Man udahan becandanya aku punya masalah ni, tapi sebelum kuceritakan aku ingin tau apa yang kamu tulis.”
“Baiklah……..dengerin!!!
                 Rintihan Ibu Pertiwi
Jeritan…..tangisan…..
Terdengar dimana-mana
Pedagang , petani semua menangis
Menyaksikan tingkah koruptor dinegeri ini
Seolah mereka senang atas semua
                 Ibu pertiwi menangis ,merintih karena mereka
                 Entah bencana apa yang akan datang setelah ini
                 Setelah gunung menjadi benci
                 Kala lautan menjadi murka…
“Hebat,,,hebat,,,hebat,,,kamu tau aja itu Man masalahku sekarang.”
“Maksud?”
            Kemudian kuceritakan maksud dan tujuanku menemuinya, semua kejadian kuceritakan dari awal sampai akhir.
“Trik,,,,,” Petikan jarinya menandakan ia punya ide yang bagus.
“Ya sudah sekarang kita pergi ke sekolahmu.” Ujarnya
“Tunggu!!!!!! Bagaimana kalau kita makan terlebih dahulu agar tenaga kita pulih.”
Semisting nasi itu kami nikmati berdua rasanya nikmat walau hanya lauk pauk seadanya yaitu tumis kangkung dan satu paha ayam goreng.
            Setelah usai makan kami bergegas pergi ke sekolah. Sesampainya disana…..Subhanalloh!!!!!!! kami ucapkan dengan serentak, terkejut melihat apa yang ada didepan mata. Banyak para orang tua siswa yang sedang mengadakan demontrasi di sekolah, siswa pun banyak yang ikut malah jumlah mereka lebih banyak dari orang tua yang hadir. Spanduk-spanduk tak lupa mereka bawa ada yang bertuliskan ”USIR KORUPTOR DARI SEKOLAH INI”. Heran mengapa semua lakukan ini padahal masalah seperti ini bisa diselesaikan dengan cara baik-baik, itu lagi Si Fahmi yang bawa spanduk “AYO BRANTAS KORUPSI”. Spanduk itu di buatanya dengan mendadak, ikat di kepala tak lupa ia kenakan, maklum ia adalah anak kelas otomotif yang terkenal nakal, jadi masalah seperti ini pasti ia lebih-lebihkan sebagai sarana membalas kebenciannya kepada Pak Dodo yang dulu pernah menghukumnya.
             Aku jadi bingung apa yang harus kulakukan, apakah aku harus berdemo seperti mereka, seperti mimpi ku tadi.Emmm kalau begitu aku jadi sama ribetnya kaya mereka.Ilman membisikan sesuatu ke telingaku”Kamu maju kedepan dan ambil pengeras suara itu dan suruh mereka bubar aku punya ide yang bagus.” Perintah itu segera kulakukan kali ini aku harus berhasil menerobos masuk kebarisan paling depan gimanapun itu caranya… Alhamdulillah aku berhasil menerobos kebarisan pasang depan dan berdiri dihadapan pendemo. “Perhatian semuannya bubar….bubar,,,,kenapa masalah ini kali besar-besarkan, apakah tidak bisa masalah ini kita selesaikan dengan kepala dingin dan tidak anarkis seperti ini.”
Huuuuuuuuuuuuh!!!!!!! Semua bersorak mengejeku.
“Sekali lagi bubar!!!!!!! Kalau tidak aku akan melakukan hal yang tidak diinginkan.”
“Silahkan saja kami tak peduli.”
Deg…deg… jantungku berdetak kencang aku kehabisan akal apa yang akan kulakukan, aku salah ngomong ucapan balasan Fahmi tersebut membuat aku gugup….. Oh sungguh apa yang harus kuperbuat masa merogoh silet dari kantong baju dan kuletakan di urat nadi….
“Stop!!!!!!!! Hentikan sandiwara ini, apa kalian tidak dengar ucapan Hasan tadi,,,mungkin dia lebih cerdik dari kalian dia menyuruh kalian bubar karena jalan keluar telah ia temukan.” Ucap Ilman tadi memecah suasana, syukurlah semua bisa memahami apa yang Ilman ucapkan, perlahan dari mereka mau bubar.
“Man apa rencana mu sekarang?”
“bawa aku menemui Pak Kepala.” Tegasnya
Kami menemui Pak Kepala yang saat itu berada di kantor, beliau sedang diam saja sepertinya sedang memikirkan nasib sekolah selanjutnya, apalagi masyarakat sudah tau semua. Dikhawatirkan tahun depan penerimaan siswa baru di sekolah akan merosot. Huuuuh ini yang namanya karena nila setitik rusak susu sebelanga.
“Siang Pak.....” Sapa itu ku ucap dengan ramah
“Siang juga.....ada apa perlu kemari?” Jawabnya dengan nada lesu
Sepertinya Pak Kepala sedang malas diajak bicara, kemudian kuceritakan maksud kedatanganku, Pak Kepala tampak kelihatan senang dengan ide-ide yang kusampaikan. Segera kami di bawa ke kantor Tata Usaha tempat Pak Dodo bekerja, Ilman kemudian duduk di depan komputer. Dibukanya tampilan-tampilan, aku nggak habis fikir apa yang ia kerjakan ia membuka dokumen-dokumen yang Pak Dodo simpan, ternyata isinya sangat penting. Dokumen itu berisikan data-data uang SPP yang Pak Dodo korupsi. Aku sangat salut denga kejeniusan Ilman Pak kepala juga begitu, syukurlah data-data tersebut bisa terbuka. Segera data itu kami olah dan kembangkan, hasilnya uang korupsi itu belum terpakai dan disimpan di salah satu bank di Ibu Kota.
Esoknya data-data itu kami palsukan, meski data itu palsu namun sepintas data itu tak jauh beda dengan data yang asli tanda tangan Pak Dodo berhasil dipalsukan. Kalau begitu kami sama liciknya dengan koruptor itu, ah ini demi kebaikan dan kami tak pantas dipanggil licik tapi cerdik. Setelah selesai segeralah kami beragkat ke Ibu Kota. Panas, macet, gerah itu yang terasakan selama diperjalanan…..”Oh,,,inikah Ibu Kota yang sekarang.
Sesampainya di bank data-data itu Pak Kepala serahkan kepada pihak bank, namun apalah arti semua uang tak kunjung cair, datanya kurang lengkap. Hampir saja kejadian itu membuat kami putus asa. Lalu kami pulang membawa kekecewaan. Rupanya cerdik juga Pak Dodo kalau begitu aku harus lebih cerdik dari padanya.
Sesampainya dirumah, kasus itu membuatku terus kefikiran. Daripada terus melamun mendingan shalat, semoga masalah ini diberi jalan keluar dan titik temunya. Tahlil, tasbih, tahmid dan doa-doa terus kupanjatkan pada-Nya, aku tak ingin negara ini diguyur kasus korupsi yang tak kunjung usai. Alhasil doa-doa itu terjawab juga, dalam getar hati terfikir “Mengapa tak ditemui saja Pak Dodo yang sedang berada dipenjara?” Getaran hati tadi membuat aku semakin yakin kalau ini titik temunya.
Paginya aku mengajak Ilman pergi ke sel tahanan kota, kebetulan hari ini sekolah sedang diliburkan. Ada yang hilang dari dia saat itu, entah lupa atau bagaimana aku tak tau, tak seperti biasanya ia lupa dengan ciri khasnya ya……apa lagi kalau bukan berpantun, tapi semua itu tak ku perdulikan. Perjalanan kami tempuh menggunakan Bis.
Saat tiba disana dari kejauhan terlihat Pak Dodo yang sedang berbisik-bisik dengan Polisi, sepertinya ia akan berbuat curang dipengadilan besok dengan menyogok Polisi. Sungguh benar-benar licik koruptor itu dengan uang hasil korupsinya ia bisa membeli hukum. Tak ingin melewatkan kejadian itu semua kurekam dengan ponsel miliku. Dengan bukti ini tentu ia tak dapat berkutik sedikitpun besok dipengadilan.
“Hati-hati Sann nanti mereka lihat.”
“Suuuut,,,,,jangan berisik.
            Setelah puas merekam semua itu, video itu aku save. Lalu kami pulang dengan membawa senyuman.
Malamnya video itu membuat aku susah tidur, tak sabar menyaksikan apa yang akan terjadi di persidangan besok, kelicikan Pak Dodo berhasil kupecahkan dengan kecerdikanku. Mencoba pejamkan mata, tapi bayangan video tadi selalu ada. Sampai tak terasa adzan shubuh telah berkumandang di Mushala. Segera kuambil air wudhu untuk menunaikan shalat.
            Hari itu aku berpakaian tak seperti anak sekolah pada umumnya, aku berpakaian layaknya seorang pengacara. Kemeja biru berlapis jas hitam dan dasi merah yang melilit dileher begitu indah kala aku pandang di balik cermin.
Tuk.....tuk.....tuk...!!! terdengar suara orang mengetuk pintu.
“Masuk pintunya tak dikunci.”
“Subhanallah!!!! Hasan kamu mau kemana?” Tanya Ibu begitu kaget
“Hari ini aku akan ke pengadilan,Bu....”
Tanpa berbasa basi akhirnya masalah yang terjadi disekolah kuceritakan pada Ibu, syukurlah Ibu bisa mengerti semua.
“Ya sudah aku pergi dulu, doakan aku semoga menang di pengadilan.”
”Itu pasti.” Balas Ibu
Sebelum pergi aku menjemput Ilman agar ia menemaniku di Pengadilan.
“Man cepetan nanti kita telat.”
“Weeess!!!!!!!!!!!! Pengacara dari mana rapi bener?”
“Ah,,,,jangan banyak protes buruan entar kita telat…..” Paksaku pada Ilman
***
Alhamdulillah kami sampai tepat pada waktunya, saat Pak Hakim memulai sidang pengacara handal Pak Dodo kubiarkan mengeluarkan argumennya. “Rupanya hebat juga pengacara itu kefasihan berbicaranya seakan-akan membuat Pak Dodo dinyatakan  tak bersalah, bahkan koruptor itu semakin percaya diri saja. ” Hmmm…aku tersenyum sinis, jadi ini kelakuan pengacara jaman sekarang, demi uang pihak yang salah bisa dibenar-benarkan, tapi tak apalah demi melindungi clientnya.
“Maaf Pak Hakim saya sangat keberatan dengan argumen pengacara Pak Dodo, dalam kasus ini jelas terbukti saya selaku siswa di sekolah yang jadi korban atas perbuatan terdakwa, selain itu saya punya bukti yang kuat kalau Pak Dodo bersalah.” Kata itu kulontarkan begitu lantang dan tegas.
            Kemudian ponsel di tas kuberikan kepada Pak Hakim. Seketika wajah Pak Dodo berubah menjadi cemas dan ketakutan. Polisi yang ia sogok tak kalah panikny dan pengacara yang ia sewa tak bisa berargumen lagi karena kecerdikanku lewat video itu…..
Setelah melihat bukti itu Pak Dodo dinyatakan bersalah, dan akan dipenjara sesuai undang-undang, sementara polisi itu tertunduk malu atas perbuatanya……..
Dan semua data-data keuangan yang dibawa Pak Kepala telah ditandatanganinya secara sah, dan uang itu berhasil kami dapatkan kembali. Aku, Ilman, beserta Pak kepala sangat senang dengan putusan Pak Hakim yang tidak memihak. Ujarku KORUPSI SIAPA TAKUT……………
Esoknya kabar kemenangan ini kuberitahukan kepada teman-teman lewat media elektronik, di feacebook, e-mail, twitter dalam kabar itu kutulis “Tak ada lagi korupsi.”
Dan ada satu hal lagi yang membuat aku lebih senang daripada membrantas korupsi, yaitu Ilman sahabatku bisa bersekolah bersama-sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar