“Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarokatuh” Jawaban
salam itu membalas ketika aku hendak memasuki rumah
Hasan!!!kamu sudah pulang? Inikan baru pukul
Sembilan gak biasanya kamu pulang secepat ini, Kamu bolos yaa…Tanya Ibu dengan
nada penuh keheranan.
“Enak aja bu Hasan bolos… gini ya bu guru-guru
sedang mengadakan rapat jadi semua siswa dipulangkan lebih awal.” Terang ku pada Ibu.
Kemudian Ibu pergi kedapur untuk meneruskan
pekerjaannya,sementara aku duduk sambil bersandar dikursi ruang tengah dalam
hati aku berkata ”Ibu maafkan Hasan, Hasan
bohong sama Ibu sebenarnya bukan itu alasannya Hasan pulang lebih awal, bukan
guru-guru sedang mengadakan rapat tapi kasus ini terlalu berat jikalau Hasan
ceritakan sama Ibu, alasan sebenarnya adalah disekolah kini tengah diguyur
masalah korupsi yang dilakukan oleh Pak Dodo petugas Staf Tata Usaha ia korupsi
uang SPP siswa selama setengah semester.” Rasanya tak enak masalah seperti
ini kuceritakan pada Ibu Hasan takut Ibu sedih kalau uang yang selama ini ibu
beri untuk bayar SPP ternyata dikorupsi oleh Pak Dodo. Ia adalah guru yang
terkenal menyeramkan. Kulitnya hitam, matanya blotot, perutnya buncit, botak
lagi. Hampir semua siswa takut padanya tak terkecuali anak-anak kelas otomotif
yang terkenal bandel-bandel dan nakal-nakal. Ah, semua begitu membosankan, lalu
remot pun kuambil untuk menyalakan TV. Ini lagi TV tak kalah membosankannya,
hampir semua chanelnya menayangkan tentang kasus korupsi, saya jadi bingung mau
jadi apa negara ini kalau setiap perangkat pemerintahannya melakukan korupsi,
kasus Century aja belum kelar ini nambah lagi kasus Anggodo Wijoyo dan sekarang
muncul kasus Gayus Tambunan . Semua sangat menyakitkan hati dan memusingkan
kepala, coba kalau di negara ini taat kepada syari’at Islam, pasti negara ini
akan terasa aman. Gak ada tuh yang namanya korupsi. Huuuhh,,, nafas panjang itu
kuambil.
Aku
gak mengerti apa sih yang membuat mereka melakukan korupsi? entah itu bujukan
syetan, atau iblis atau jangan-jangan karena keserakahan nafsu mereka saja.
Kalau berfikir menurut logikaku, mungkin mereka melakukan korupsi ini karena
mereka menginginkan uang yang dulu mereka keluarkan untuk berkampanye dapat
kembali. Lagian hukum di indonesia ini tak jauh beda layaknya barang dagangan,
semua bisa dibeli dengan uang buktinya orang yang korupsi triliunan rupiah
hanya beberapa tahun saja dipenjarakannya, sementara orang yang mencuri satu
buah mangga saja bisa dipenjara lebih dari lima tahun. Semua karena uang. Uang
di atas segala-galanya di negeri ini.
***
Tiba-tiba
semua jadi berubah, aku berada ditengah ormas-ormas yang melakukan Demonstrasi
di depan pintu gerbang KPK. Hari ini Gayus sedang diadili, aku harus ke depan
dan meneriakan “Indonesia harus bebas dari
korupsi, kolusi dan nepotisme,,, Setuju!!!?? Usir para koruptor dari negeri ini. Aku mendesak masuk ke
celah-celah orang-orang, aku harus berada di barisan paling depan dan
meneriakkan ide tadi. Tapi, apalah daya, tubuh ini tak mampu menembusnya, terlalu
banyak orang-orang di depan, barisannya terlalu rapat, tak ada celah untuk
memasukinya, akhirnya aku teriakkan sekencang-kencangnya dengan penuh semangat,
meski tak berada di depan. Semua orang juga begitu meneriakkan ide mereka
masing-masing. Saking semangatnya, hampir saja pintu gerbang KPK hendak runtuh.
Namun, polisi berhasil menggagalkannya.
Dor… Dor,, Dorr,.,. suara itu membuat suasana yang tadi
bergemuruh tampak sedikit sepi. Polisi memberi aba-aba agar semuanya dapat
membubarkan diri, kalau tidak polisi akan membubarkannya dengan paksaan.
Yaaaahh, dengan terpaksa semua bubar tapi aku tidak,,, aku tidak takut dengan
yang namanya peluru biarpun menembus dadaku aku tak peduli,,, asalkan negara
ini terbebas dari yang namanya korupsi. Pikirku “kalau dengan cara berdemo saja
ini tak akan menyelesaikan masalah,” malah ini akan memperpanas keadaan belum
lagi terik matahari yang begitu menyengat, ini semakin memperpanas suasana.
Aku
adalah anak Indonesia yang terpelajar, aku harus memutar balikan keadaan, tak
mungkin negara ini terus dilanda bencana korupsi yang meresahkan semua kalangan
masyarakat. Aahaaa aku punya ide, aku harus menemui Gayus secara langsung
bagaimanapun caranya. Kemudian aku mencari jalan bagaimana agar bisa menemui
Gayus. Sampai ku temukan gerbang pintu belakang yang tak terjaga polisi. “Woww
tinggi sekali bisa gak yah kupanjat gerbang ini.” Bismillahirahmanirrahim,,,
perlahan-lahan kakiku mulai menaiki gerbang itu dengan penuh kesabaran dan
kehati-hatian,,,hasilnya Alhamdulillah aku berhasil dengan selamat.
Dor…suara pistol itu
hampir membuat jantungku copot ”Sedang
apa disana?”
“Jangan-jangan
itu polisi tamatlah riwayatku…”
“Angkat
tangan dan jangan bergerak.”
“Trok….trok….trok….suara
sepatu itu semakin mendekat dan saat polisi itu hendak memegangku….
Hasan
bangun…bangun…hah syukurlah ibu membangunkanku ternyata itu semua hanya mimpi, hampir
polisi itu menangkapku untung ada Ibu.”
“Kamu
kenapa siang-siang ngigo? sana makan
siang dulu” Suruh Ibu
“Engga
ah Bu nasinya dibekal saja,aku ada perlu sama Ilman, nasinya dimakan aja nanti
sama Ilman.” Ibu kembali lagi ke dapur untuk membawakan bekal untuku
“Terimakasih
ya Bu, Assalamu’alaikum.” Sambil meninggalkan rumah.
“Wa’alaikumsalam…..hati-hati”
“Iya
Bu”
***
Sesampainya dirumah Ilman, aku
melihat ia sedang duduk diteras halaman rumahnya. Ilman adalah sahabat dekatku
yang nasibnya kurang baik, ia tak seperti aku bisa melanjutkan pendidikan
kejenjang yang lebih tinggi. Namun disamping itu ia punya kelebihan otaknya
jenius dan banyak inspirasi.
“Sedang
sibuk yaaa?” Tanyaku pada Ilman
“Buah nangka,Si buah duri”
“Ada apa datang kemari???”
Itu balasan
Ilman,ya memang itu ciri khas dia sebelum komunikasi dengan dia harus berpantun
dulu.
“Ah aku sedang
malas balas pantunmu”
“Gak bisa
begitu” Ketus Ilman
Emmm….apa
ya…..ahhha,,,
“Buruk-buruk papan jati”
“Pantun buruk jangan dihina”
“Pantun macam
apa itu gak menarik haahaahaa” Dengan nada mengejek
“Man udahan becandanya aku punya masalah ni, tapi sebelum kuceritakan aku ingin
tau apa yang kamu tulis.”
“Baiklah……..dengerin!!!”
Rintihan Ibu Pertiwi
Jeritan…..tangisan…..
Terdengar dimana-mana
Pedagang , petani semua menangis
Menyaksikan tingkah koruptor dinegeri ini
Seolah mereka senang atas semua
Ibu pertiwi menangis ,merintih
karena mereka
Entah bencana apa yang akan
datang setelah ini
Setelah gunung menjadi benci
Kala lautan menjadi murka…
“Hebat,,,hebat,,,hebat,,,kamu
tau aja itu Man masalahku sekarang.”
“Maksud?”
Kemudian kuceritakan maksud dan
tujuanku menemuinya, semua kejadian kuceritakan dari awal sampai akhir.
“Trik,,,,,” Petikan
jarinya menandakan ia punya ide yang bagus.
“Ya sudah
sekarang kita pergi ke sekolahmu.” Ujarnya
“Tunggu!!!!!!
Bagaimana kalau kita makan terlebih dahulu agar tenaga kita pulih.”
Semisting nasi
itu kami nikmati berdua rasanya nikmat walau hanya lauk pauk seadanya yaitu
tumis kangkung dan satu paha ayam goreng.
Setelah usai makan kami bergegas
pergi ke sekolah. Sesampainya disana…..Subhanalloh!!!!!!! kami ucapkan dengan
serentak, terkejut melihat apa yang ada didepan mata. Banyak para orang tua
siswa yang sedang mengadakan demontrasi di sekolah, siswa pun banyak yang ikut
malah jumlah mereka lebih banyak dari orang tua yang hadir. Spanduk-spanduk tak
lupa mereka bawa ada yang bertuliskan ”USIR
KORUPTOR DARI SEKOLAH INI”. Heran mengapa semua lakukan ini padahal masalah
seperti ini bisa diselesaikan dengan cara baik-baik, itu lagi Si Fahmi yang
bawa spanduk “AYO BRANTAS KORUPSI”. Spanduk
itu di buatanya dengan mendadak, ikat di kepala tak lupa ia kenakan, maklum ia
adalah anak kelas otomotif yang terkenal nakal, jadi masalah seperti ini pasti
ia lebih-lebihkan sebagai sarana membalas kebenciannya kepada Pak Dodo yang dulu
pernah menghukumnya.
Aku jadi bingung apa yang harus kulakukan, apakah
aku harus berdemo seperti mereka, seperti mimpi ku tadi.Emmm kalau begitu aku
jadi sama ribetnya kaya mereka.Ilman
membisikan sesuatu ke telingaku”Kamu maju kedepan dan ambil pengeras suara itu
dan suruh mereka bubar aku punya ide yang bagus.” Perintah itu segera kulakukan
kali ini aku harus berhasil menerobos masuk kebarisan paling depan gimanapun
itu caranya… Alhamdulillah aku berhasil menerobos kebarisan pasang depan dan
berdiri dihadapan pendemo. “Perhatian semuannya bubar….bubar,,,,kenapa masalah
ini kali besar-besarkan, apakah tidak bisa masalah ini kita selesaikan dengan
kepala dingin dan tidak anarkis seperti ini.”
Huuuuuuuuuuuuh!!!!!!!
Semua bersorak mengejeku.
“Sekali lagi
bubar!!!!!!! Kalau tidak aku akan melakukan hal yang tidak diinginkan.”
“Silahkan saja
kami tak peduli.”
Deg…deg…
jantungku berdetak kencang aku kehabisan akal apa yang akan kulakukan, aku
salah ngomong ucapan balasan Fahmi
tersebut membuat aku gugup….. Oh sungguh apa yang harus kuperbuat masa merogoh
silet dari kantong baju dan kuletakan di urat nadi….
“Stop!!!!!!!!
Hentikan sandiwara ini, apa kalian tidak dengar ucapan Hasan tadi,,,mungkin dia
lebih cerdik dari kalian dia menyuruh kalian bubar karena jalan keluar telah ia
temukan.” Ucap Ilman tadi memecah suasana, syukurlah semua bisa memahami apa
yang Ilman ucapkan, perlahan dari mereka mau bubar.
“Man apa rencana mu sekarang?”
“bawa aku menemui Pak Kepala.” Tegasnya
Kami menemui Pak Kepala yang saat itu berada di kantor,
beliau sedang diam saja sepertinya sedang memikirkan nasib sekolah selanjutnya,
apalagi masyarakat sudah tau semua. Dikhawatirkan tahun depan penerimaan siswa baru di sekolah akan merosot.
Huuuuh ini yang namanya karena nila
setitik rusak susu sebelanga.
“Siang Pak.....” Sapa itu ku ucap dengan ramah
“Siang juga.....ada apa perlu kemari?” Jawabnya dengan
nada lesu
Sepertinya Pak Kepala sedang malas diajak bicara,
kemudian kuceritakan maksud kedatanganku, Pak Kepala tampak kelihatan senang
dengan ide-ide yang kusampaikan. Segera kami di bawa ke kantor Tata Usaha
tempat Pak Dodo bekerja, Ilman kemudian duduk di depan komputer. Dibukanya
tampilan-tampilan, aku nggak habis
fikir apa yang ia kerjakan ia membuka dokumen-dokumen yang Pak Dodo simpan,
ternyata isinya sangat penting. Dokumen itu berisikan data-data uang SPP yang
Pak Dodo korupsi. Aku sangat salut denga kejeniusan Ilman Pak kepala juga
begitu, syukurlah data-data tersebut bisa terbuka. Segera data itu kami olah
dan kembangkan, hasilnya uang korupsi itu belum terpakai dan disimpan di salah
satu bank di Ibu Kota.
Esoknya data-data itu kami palsukan, meski data itu palsu namun sepintas data itu tak jauh beda
dengan data yang asli tanda tangan Pak Dodo berhasil dipalsukan. Kalau begitu
kami sama liciknya dengan koruptor itu, ah ini demi kebaikan dan kami tak
pantas dipanggil licik tapi cerdik. Setelah selesai segeralah kami beragkat ke
Ibu Kota. Panas, macet, gerah itu yang terasakan selama diperjalanan…..”Oh,,,inikah Ibu Kota yang sekarang.”
Sesampainya di bank data-data itu Pak Kepala serahkan
kepada pihak bank, namun apalah arti semua uang tak kunjung cair, datanya
kurang lengkap. Hampir saja kejadian itu membuat kami putus asa. Lalu kami pulang membawa kekecewaan. “Rupanya cerdik juga Pak Dodo kalau begitu aku harus lebih
cerdik dari padanya.”
Sesampainya dirumah, kasus itu membuatku terus kefikiran.
Daripada terus melamun mendingan shalat, semoga masalah ini diberi jalan keluar dan titik
temunya. Tahlil, tasbih, tahmid dan doa-doa terus kupanjatkan pada-Nya, aku tak ingin negara
ini diguyur kasus korupsi yang tak kunjung usai. Alhasil doa-doa itu terjawab juga, dalam getar hati
terfikir “Mengapa tak ditemui saja Pak Dodo yang sedang berada dipenjara?”
Getaran hati tadi membuat aku semakin yakin kalau ini
titik temunya.
Paginya aku mengajak Ilman pergi ke sel tahanan kota,
kebetulan hari ini sekolah sedang diliburkan. Ada yang hilang
dari dia saat itu, entah lupa atau bagaimana aku tak tau, tak seperti biasanya
ia lupa dengan ciri khasnya ya……apa lagi kalau bukan berpantun, tapi semua itu
tak ku perdulikan. Perjalanan
kami tempuh menggunakan Bis.
Saat tiba disana dari kejauhan terlihat Pak Dodo yang
sedang berbisik-bisik dengan Polisi, sepertinya ia akan berbuat curang
dipengadilan besok dengan menyogok Polisi. Sungguh benar-benar licik
koruptor itu dengan uang hasil korupsinya ia bisa membeli hukum. Tak ingin
melewatkan kejadian itu semua kurekam dengan ponsel miliku. Dengan bukti ini
tentu ia tak dapat berkutik sedikitpun besok dipengadilan.
“Hati-hati Sann nanti mereka lihat.”
“Suuuut,,,,,jangan berisik.”
Setelah
puas merekam semua itu, video itu aku save. Lalu kami
pulang dengan membawa senyuman.
Malamnya video itu membuat aku susah tidur, tak sabar menyaksikan apa yang akan
terjadi di persidangan besok, kelicikan Pak Dodo berhasil kupecahkan dengan
kecerdikanku. Mencoba
pejamkan mata, tapi bayangan video tadi selalu
ada. Sampai tak terasa adzan shubuh telah berkumandang di Mushala. Segera kuambil air wudhu untuk menunaikan shalat.
Hari itu
aku berpakaian tak seperti anak sekolah pada umumnya, aku berpakaian layaknya
seorang pengacara. Kemeja biru berlapis jas hitam dan dasi merah
yang melilit dileher begitu indah kala aku pandang di balik cermin.
Tuk.....tuk.....tuk...!!! terdengar suara
orang mengetuk pintu.
“Masuk pintunya tak dikunci.”
“Subhanallah!!!! Hasan kamu mau kemana?” Tanya Ibu begitu kaget
“Hari ini aku akan ke pengadilan,Bu....”
Tanpa
berbasa basi akhirnya masalah
yang terjadi disekolah kuceritakan pada Ibu,
syukurlah
Ibu bisa mengerti semua.
“Ya
sudah aku pergi dulu, doakan aku
semoga menang di pengadilan.”
”Itu
pasti.” Balas Ibu
Sebelum
pergi aku menjemput Ilman agar ia menemaniku di Pengadilan.
“Man
cepetan nanti kita telat.”
“Weeess!!!!!!!!!!!!
Pengacara dari mana rapi bener?”
“Ah,,,,jangan
banyak protes buruan entar kita
telat…..” Paksaku pada Ilman
***
Alhamdulillah
kami sampai tepat pada waktunya, saat Pak Hakim memulai sidang pengacara handal
Pak Dodo kubiarkan mengeluarkan argumennya. “Rupanya hebat juga pengacara itu kefasihan
berbicaranya seakan-akan membuat Pak Dodo dinyatakan tak bersalah, bahkan koruptor itu semakin
percaya diri saja. ” Hmmm…aku tersenyum sinis, jadi ini kelakuan pengacara
jaman sekarang, demi uang pihak yang salah bisa dibenar-benarkan, tapi tak apalah
demi melindungi clientnya.
“Maaf
Pak Hakim saya sangat keberatan dengan argumen pengacara Pak Dodo, dalam kasus
ini jelas terbukti saya selaku siswa di sekolah yang jadi korban atas perbuatan
terdakwa, selain itu saya punya bukti yang kuat kalau Pak Dodo bersalah.” Kata
itu kulontarkan begitu lantang dan tegas.
Kemudian ponsel di tas kuberikan kepada
Pak Hakim. Seketika wajah Pak Dodo berubah menjadi cemas dan ketakutan. Polisi
yang ia sogok tak kalah panikny dan pengacara yang ia sewa tak bisa berargumen
lagi karena kecerdikanku lewat video itu…..
Setelah
melihat bukti itu Pak Dodo dinyatakan bersalah, dan akan dipenjara sesuai
undang-undang, sementara polisi itu tertunduk malu atas perbuatanya……..
Dan
semua data-data keuangan yang dibawa Pak Kepala telah ditandatanganinya secara
sah, dan uang itu berhasil kami dapatkan kembali. Aku, Ilman, beserta Pak
kepala sangat senang dengan putusan Pak Hakim yang tidak memihak. Ujarku KORUPSI SIAPA TAKUT……………
Esoknya
kabar kemenangan ini kuberitahukan kepada teman-teman lewat media elektronik, di
feacebook, e-mail, twitter dalam
kabar itu kutulis “Tak ada lagi
korupsi.”
Dan
ada satu hal lagi yang membuat aku lebih senang daripada membrantas korupsi,
yaitu Ilman sahabatku bisa bersekolah bersama-sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar